Sentraindustri kerajinan gerabah kasongan ini berada di Pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan Bantul. Untuk sampai ke lokasi ini yang berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota jogja ke arah selatan, anda bisa melalui jalan Jogja-Bantul dan perhatikan sebelah kanan jalan ada gapura besar bertuliskan "Kasongan" dan bisaGerbang Kasongan. - Istimewa/Pemkab Bantul BANTUL — Sentra industri gerabah Kasongan resmi didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham RI demi mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis IG.Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan DKUKMPP, Tunik Wusri Arliani mengatakan bahwa dengan terdaftar dalam IG, maka jenama Kasongan sebagai sentra industri gerabah dapat terdongkrak. Melalui hal tersebut diharapkan Kasongan menjadi destinasi wajib bagi wisatawan atau buyer mancanegara. “Kalau saya dapat memberikan contoh itu persis ketika kami akan mendaftarkan hak paten suatu produk. Nah, khusus Kasongan ini itu prinsipnya sama. Mereka akan didaftarkan hak patennya tetapi dari sisi kewilayahan. Awalnya itu ada kelompok di sana yang ingin mendaftarkan wilayahnya bahwa Kasongan itu merupakan sentra kerajinan gerabah yang resmi terdaftar di Kemenkumham,” kata Tunik, Jumat 10/3/2023.Kata Tunik pendaftaran tersebut telah dilakukan. Proses hingga mendapat legalitas, katanya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Terangnya, pekan depan pihak Kemenkumham akan datang ke Kasongan untuk melakukan asesmen.“Kemenkumham mau datang untuk melakukan asesmen apakah Kasongan memenuhi syarat untuk didata sebagai kekayaan intelektual geografis. Kami menjembatani mereka dengan Kemenkumham. Tentu kami mendukung upaya mereka untuk mendaftarkan kekayaan intelektual geografis,” JUGA Piknik ke Bantul, Jangan Lupa Belanja Gerabah di KasonganTunik menambahkan bahwa dia berharap tidak hanya Kasongan yang didaftarkan untuk mendapat kekayaan intelektual geografis, namun juga kawasan sentra industri lain seperti sentra kerajinan kulit lain pihak, Dosen Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jakarta, Dyah Permata Budi Asri, yang mendampingi proses pendaftaran IG menjelaskan bahwa indikasi geografis merupakan simbol yang menampakkan ciri khas suatu daerah tertentu.“Jadi indikasi geografis atau IG itu jadi satu dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Bedanya itu kalau merek tidak memunculkan nama wilayah, sementara IG itu memunculkan wilayah asal,” kata Dyah ditemui di DKUKMPP pada begitu, kata Dyah, Kasongan akan memiliki sertifikasi IG yang akan memberikan manfaat bukan hanya Kasongan namun juga Kabupaten Bantul. Tambahnya, pengajuan IG tersebut telah dilakukan sejak 2019 dan sekarang masuk dalam tahap Dyah gerabah asal Kasongan akan mudah diklaim kepemilikannya apabila tidak memiliki IG. Padahal gerabah Kasongan memiliki sejarah panjang termasuk di dalamnya kebudayaan.“IG itu juga digunakan untuk nguri-uri kebudayaan. Karena begitu budaya hilang, makan IG akan dicabut. Perlindungan IG itu bisa selamanya asal ada tiga syarat yang telah dipenuhi seperti kerajinannya masih dipelihara, ciri khas tetap dijaga, dan memiliki nilai ekonomi,” itu, salah satu pengrajin gerabah Kasongan, Bugimin mengatakan bahwa kekhasan gerabah Kasongan daripada gerabah di wilayah atau negara lain adalah sistem tempel. “Kami akan tetap mempertahankan sistem tempel tersebut, sehingga akan menjadi ciri khas gerabah Kasongan. Nah, pengajuan IG ini itu awalnya dari Koperasi Setyo Bawono,” kata Bugimin ditemui di satu hal yang mendesak para pengrajin gerabah Kasongan untuk mendaftarkan IG adalah ancaman klaim gerabah oleh pihak lain. Padahal terdapat sekitar 400 pengrajin gerabah di Kasongan dengan perputaran uang per bulannya mencapai miliaran rupiah. BACA JUGA Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PADAINDUSTRI GERABAH ( Studi Kasus Pada Sentra Industri Gerabah Kasongan di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantu], Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh Nimr Ardhanianto Ir. Djuwadi MS. 2 Kayu Bakar merupakan salah satu sumber energi yang paling tua dan paling dikenal oleh manusia. Dewasa ini penggunaan kayu bakar tidak hanya
Kasongan Sentra Kerajinan Gerabah Kabupaten Bantul dikenal sebagai pusat kerajinan di Provinsi Yogyakarta. Banyak UKM-UKM di Bantul yang bergerak di bidang kerajinan. Salah satu yang menjadi ikon hasil kerajinan kabupaten Bantul adalah gerabah yang sentranya berada di Kasongan. Kasongan merupakan suatu sentra industri kerajinan gerabah/keramik yang saat ini sudah merupakan asset daerah, dengan pangsa pasar telah merambah ke pasar eksport. Kasongan merupakan desa wisata, tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestic, tetapi juga wisatawan mancanegara. Sebagai kawasan wisata kerajinan tentu saja membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai bagi kepentingan pengembangan kawasan tersebut. Akses Kasongan secara administratif berada di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta atau berjarak kurang lebih 7 km ke arah selatan Kota Yogyakarta. Sangat mudah untuk mengunjungi Kasongan. Dari Jalan Bantul terus ke selatan sampai bertemu gerbang Kasongan berupa gapura besar yang diapit dua patung kuda. Di sepanjang jalan, akan banyak ditemukan showroom-showroom yang memamerkan beragam hasil kerajinan dari gerabah, seperti keramik guci, pot bunga, terra cotta, air mancur, patung Buddha dan kerajinan gerabah lainnya. Sejarah Sejarah Kasongan bermula dari matinya seekor kuda milik reserse Belanda di tanah milik seorang warga, karena takut dijatuhi hukuman oleh Belanda yang saat itu tengah menjajah Indonesia, ia pun merelakan kepemilikan hak tanahnya dan aksinya itu diikuti oleh beberapa warga yang juga merelakan kepemilikan hak tanah mereka. Pada akhirnya, sejumlah tanah tersebut diambil alih oleh warga desa lain. Penduduk lain yang tidak memiliki tanah akhirnya memulai kegiatan baru yaitu mengolah tanah liat menjadi mainan dan peralatan dapur. Destinasi Kasongan Kasongan merupakan suatu sentra industri kerajinan gerabah/keramik yang saat ini sudah merupakan asset daerah, dengan pangsa pasar telah merambah ke pasar eksport. Kasongan merupakan desa wisata, tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestic, tetapi juga wisatawan mancanegara. Sebagai kawasan wisata kerajinan tentu saja membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai bagi kepentingan pengembangan kawasan tersebut. Lokasi Kasongan secara administratif berada di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta atau berjarak kurang lebih 7 km ke arah selatan Kota Yogyakarta. Sangat mudah untuk mengunjungi Kasongan. Dari Jalan Bantul terus ke selatan sampai bertemu gerbang Kasongan berupa gapura besar yang diapit dua patung kuda. Fasilitas Kasongan terus berkembang dari waktu ke waktu. Desa wisata ini telah menarik minat banyak wisatawan. Fasilitas yang ditawarkan pun beragam, diantaranya area parkir, mushola, toilet, penginapan, tempat makan, tempat oleh-oleh dan tempat belajar/edukasi kerajinan gerabah. Jam Buka Desa Wisata Kasongan buka mulai pukul – dan buka setiap hari. Apabila datang kesini saat sore hari, biasanya anda dapat belajar membuat kerajinan gerabah dengan santai tanpa harus memikirkan pengunjung lain yang baru datang. Selain itu, anda juga bisa belanja gerabah sepuasnya dengan harga yang dipatok murah karena anda membeli langsung dari produsennya. Harga Tiket Berbicara harga tiket, Desa Wisata Kasongan tidak menarik harga tiket kepada wisatawan jika dating kesini. Apabila datang ke tempat ini, anda hanya dikenakan biaya parkir sebesar hingga saja. Namun jika Anda ingin ikut belajar membuat gerabah sendiri, Anda akan dikenakan biaya sebesar saja. Hasil gerabah yang Anda buat pun bisa dibawa pulang. Jadiiii…. Anda dapat belajar dan membawa hasil karya anda sendiri ke rumah. W O W sekali kannn.. Binakarya Homestay, Tempat Favorit Makrab Mahasiswa Jogja Tempat makrab di Jogja sudah banyak bahkan tak terhitung jumlahnya, disini kami akan memberikan informasi bagi sobat mahasiswa jogja yang ingin mengadakan acara makrab dengan fasilitas lengkap dan harga terjangkau, dan lokasi tidak terlalu jauh dengan kota Yogyakarta. Binakarya Homestay adalah merupakan sebuah homestay yang terletak di Dusun Ngelosari Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul […] Baca Selengkapnya.. Puspita Batik Indigo Dewisaba Salah satu produk unggulan pariwisata Dewisaba adalah atraksi di Puspita Batik Indigo. Kita bahas satu persatu. Indigo merupakan zat warna biru yang didapatkan dari tanaman yang dengan nama latin Indigofera sp. Pada masa penjajahan, indigo merupakan salah satu komoditi ekspor penting pemerintah Hindia Belanda selain kopi, tebu, teh dan rempah-rempah. Kebijakan “cultuurstelsel” diimplementasikan oleh Gubernur Jendral […] Baca Selengkapnya.. Taman Jogo Bendung Di Desa Wisata Bendo ada Taman Jogo Bendung. Terdapat Taman Kuliner yang Menyediakan berbagai menu masakan Bubur Sore,Nasi Rames,Soto,Mie Ayam,Nasi Goreng,Bakmi Goreng dll Selain Kulineran juga bisa untuk Wisata Sepeda yang Rute nya dekat dengan lokasi Wisata yang lain. Diantaranya Embung Imogiri 1,Makam Seniman,Makam Raja Imogiri, joglo Opak,Bakso Tumpeng Dll Related posts No related posts. Baca Selengkapnya..SENTRAKERAJINAN GERABAH KASONGAN, YOGYAKARTA Alamat: Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kasongan merupakan pusat industri gerabah di Bantul. Kawasan ini dikenal sebagai pemukiman pembuat barang-barang kerajinan dari tanah liat atau lempung. Awalnya masyarakat Desa Kasongan hanya membuat peralatan untuk keperluan rumah tangga.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia, karena kota tersebut menawarkan beragam pilihan wisata sejarah, wisata budaya, wisata kuliner, wisata alam, maupun sentra kerajinan yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya diantaranya yakni Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan Bantul, yang berjarak 7 Km dari pusat kota. Lokasinya cukup strategis, sehingga mudah untuk dikunjungi oleh para dengan namanya, sentra gerabah ini berlokasi di Dusun Kasongan. Daerah ini dulunya adalah wilayah persawahan yang luas. Konon, nama 'Kasongan' diambil dari nama guru spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Kiai Song. Menurut cerita sejarah yang beredar, adanya tradisi pembuatan gerabah di Dusun Kasongan ini telah dimulai dari zaman penjajahan Belanda. Mulanya, ada kuda milik reserse Belanda yang ditemukan mati di persawahan milik salah seorang warga. Karena mereka takut akan hukuman yang akan diterima, maka mereka dengan sukarela melepaskan hak tanah miliknya. Hal itu diikuti oleh beberapa warga setempat. Namun, sejumlah tanah yang tak bertuan tersebut diambil alih oleh warga desa lain. Penduduk yang tidak memiliki tanah garapan lagi mulai mencari kegiatan baru dengan membuat mainan dan peralatan rumah tangga dari tanah liat, yang kemudian kegiatan tersebut diteruskan dari generasi ke tahun 1971, kegiatan ekonomi mulai berkembang di Dusun Kasongan ini. Perkembangannya juga sangat pesat berkat kontribusi dari seorang seniman besar bernama Sapto Hudoyo. Beliau memberikan pembinaan kepada masyarakat agar dapat mengembangkan produknya hingga mempunyai nilai seni dan nilai jual yang tinggi serta pengelolaan manajemen usaha yang baik. Kemudian, usaha kerajinan di Kasongan mulai dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik pada tahun 1980. Tak hanya itu, adanya dukungan dari pihak pemerintah melalui Unit Pelayanan Teknis UPT yang memberikan bantuan modal, pelatihan, dan pengajaran teknik pemasaran kian meningkatkan laju pertumbuhan sektor industri, khususnya industri kerajinan dan itu, dibentuk pula paguyuban sebagai wadah bertukar informasi serta pengembangan produktivitas sesama pengrajin. Kerajinan gerabah ini telah menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul. Sumber daya alam Yogyakarta yang sangat potensial turut menjadi salah satu faktor pendukung dalam usaha kerajinan gerabah dan keramik di Sentra Gerabah Kasongan ini. Bahan baku yang digunakan biasanya adalah tanah yang diperoleh dari Sungai Bedog, Pundong, Godean, Mangunan, atau Wonosari, kemudian menggunakan campuran pasir lembut yang berasal dari Sungai Progo. Selain kondisi tanah sekitar yang mendukung, tumbuhnya berbagai jenis pepohonan seperti kelapa, bambu, melinjo, dan mangga juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bakar dalam proses pembakaran yang dihasilkan antara lain guci, kendi, kuali, pot, vas bunga, hiasan genteng, air mancur, miniatur, patung, topeng, loro blonyo, dan jenis dekorasi atau peralatan rumah tangga lainnya. Pengrajin juga menerima pesanan dari konsumen, yang mana bentuk, model, atau permintaan khusus lainnya dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. Untuk pemesanan dan penjualan, para pengrajin telah membuka layanan online, sehingga masyarakat tak perlu khawatir jika tidak bisa datang langsung ke tempat. Rentang harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari lima ribu rupiah hingga jutaan rupiah. 1 2 Lihat Seni SelengkapnyaKasongantelah dikenal sebagai Desa Tembikar setidaknya sejak tahun 1675. Dan saat ini, Desa Kasongan adalah rumah bagi 582 bisnis tembikar yang mempekerjakan lebih dari 2.300 orang. Kerajinan gerabah dengan berbagai motif dan bentuk modern serta artistik, dan kerajinan lainnya, adalah daya tarik utama Desa Kasongan saat ini.Gerabah Kasongan Yogyakarta Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Memasuki kampung Kasongan, di halaman-halaman rumah dan pekarangan warga dengan mudah akan terlihat produk gerabah berbagai bentuk dan ukuran. Baik yang masih alami berwarna merah bata, ataupun yang telah dilakukan finishing dengan pengecatan beraneka warna atau teknik finishing lain. Di sudut-sudut kampung akan terlihat pula tungku-tungku pembakaran. Jika tertarik, wisatawan dapat pula turut membentuk tanah liat menjadi gerabah bersama para perajin. Desa Wisata Kasongan terletak di Dukuh Kajen, Banguntapan, Kasihan, Bantul Yogyakarta. Di dukuh seluas 49 hektar berpenduduk jiwa tersebut, 95% warganya bermata pencaharian sebagai perajin gerabah, sedangkan sisanya petani dan Pegawai Negeri. Pembuatan gerabah di Kasongan memang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu hingga kini. MULANYA PRODUK PERKAKAS RUMAH TANGGA Pada mulanya, gerabah yang diproduksi warga Kasongan hanya berupa perkakas rumah tangga seperti kwali, cobek, anglo, keren tungku untuk memasak dengan kayu bakar, dan perkakas lain. Namun hasil pemninaan dari waktu ke waktu, variasi produk gerabah pun berkembang hingga ke gerabah-gerabah hias seperti guci, berbagai patung, meja kursi, dan berbagai hiasan lain. “Kerajinan gerabah telah turun-temurun digeluti warga. Kemudian mulai berkembang setelah ada arahan dari para tokoh seniman dan para pendamping maka terjadi perkembangan missal dalam hal desainnya,” kata Kepala Dukuh Kajen, Muh. Hadi Suprojo. Kerajinan gerabah di Kasongan mulai berkembang setelah dibangunya jembatan di sisi timur kampung pada 1972, sehingga bisa menghubungkan ke kota Bantul dan daerah lain. “Sebelum tahun 72 susah karena belum ada jembatan. Untuk menjual gerabah harus menyeberang sungai. Dulu hanya dijual di pasar-pasar tradisional sekitar. SEJARAH Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin gerabah. Perkembangan Produk Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak desain sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau genteng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain juga motif katak, ayam jago dan gajah. Perkembangan zaman dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media telah membawa perubahan di Kasongan. Setelah kawasan Kasongan pertama kali diperkenalkan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dalam skala besar dikomersilkan oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginannya. Kerajinan gerabah yang dijual di desa Kasongan bervariasi, mulai dari barang-barang ukuran kecil untuk souvenir hingga hiasan, pot untuk tanaman, interior meja kursi, dan masih banyak lagi jenisnya. Dewasa ini di kawasan Kasongan terlihat galeri-galeri keramik di sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot dan vas bunga yang berukuran besar, Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang hiasan dekorasi serta souvenir perkawinan. Salah satu produk yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini dikenal dengan nama Loro Blonyo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta.